Teori Kajian Sastra Pedagogi terhadap The Bucket Rider Karya Frank Kafka dalam buku Teori Sastra Terbaru: Konsep dan Aplikasi

Inderawati, Rita Teori Kajian Sastra Pedagogi terhadap The Bucket Rider Karya Frank Kafka dalam buku Teori Sastra Terbaru: Konsep dan Aplikasi. Teori Kajian Sastra Pedagogi terhadap The Bucket Rider Karya Frank Kafka dalam buku Teori Sastra Terbaru: Konsep dan Aplikasi. (Unpublished)

[thumbnail of Teori Kajian Sastra Pedagogi terhadap The Bucket Rider Karya Frank Kafka Rita Inderawati Unsri-dikonversi.pdf]
Preview
Text
Teori Kajian Sastra Pedagogi terhadap The Bucket Rider Karya Frank Kafka Rita Inderawati Unsri-dikonversi.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Public Domain Dedication.

Download (1MB) | Preview

Abstract

Sastra digambarkan dalam posisi yang sangat memprihatinkan oleh pakar sastra barat (, (Moody, 1971). Padahal dengan porsi yang sedemikian kecilnya, para pakar sastra secara teoretis telah mengemukakan pentingnya sastra diajarkan. Sastra membantu mengembangkan keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa serta penunjang pembentukan watak (Moody, 1971; Carter dan Long,1991; Tarigan, 1995; Alwasilah, 1999; Inderawati, 2005). Pentingnya kehadiran sastra dalam pembelajaran dijelaskan oleh Rosenblatt (1978) sebagai berikut: 1) sastra mendorong kebutuhan atas imajinasi dalam demokrasi, 2) sastra mengalihkan imajinasi dan perilaku, sikap emosi, dan ukuran nilai sosial serta pribadi, 3) sastra menyajikan kemungkinan perbedaan pandangan hidup, pola hubungan, dan filsafat, 4) sastra membantu pemilihan imajinasi yang berbeda melalui pengalaman mengkaji karya sastra, 5) pengalaman sastra memungkinkan pembaca memandang kepribadiannya sendiri dan masalah-masalahnya secara objektif dan memecahkannya dengan lebih baik, dan 6) sastra memberikan kenyataan kepada orang dewasa sistem nilai yang berbeda sehingga mereka terbebas dari rasa takut, bersalah dan tidak pasti. Sepakat dengan rincian Rosenblatt di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek kecerdasan, kebajikan, moral, dan kebijaksanaan dapat ditingkatkan melalui sastra. Kecerdasan emosional peserta didik dapat diberdayakan dengan mengaktifkan penafsiran terhadap karya sastra secara bebas, liar, dan meronta-ronta, bukan gaya (genre) sastra, siapa tokoh cerita atau siapa pengarangnya yang menjadi motor pencerdas aspek tersebut. Tidak hanya aspek afektif yang diasah oleh karya sastra, tetapi aspek kognitif dan psikomotor juga. Dengan kata lain, apresiasi dan interpretasi terhadap karya sastra mampu menjadi motor penggerak yang efektif untuk meningkatkan aspek-aspek tersebut (Mulyana, 2000; Inderawati, 2001; Inderawati, 2005a; Inderawati, 2005b; Inderawati, 2008, Inderawati, Erlina, & Sylvhiany, 2010; Inderawati, 2010c; Inderawati, 2012a; Inderawati, Sofendi, & Zuraidah, 2013; Inderawati, Agusta, & Sitinjak, 2018) Manfaat pembelajaran sastra sudah sangat banyak dikemukakan para ahli sastra. Ironisnya, teori-teori yang membahas manfaat pembelajaran tersebut belum tersentuh sampai pada tataran praktis. Untuk mencapai tataran praktis, teori-teori tersebut harus dieksplorasi dan dianalisis ke arah terciptanya pembelajaran sastra yang estetik, pembelajaran yang mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang tertuang dalam pendidikan karakter. Hal ini didukung oleh perspektif Almerico (2014: 3) berikut, “ One way to bring character education into a crowded curriculum is to make it part of the literacy program by embedding character lessons in reading and language arts instruction through the vehicle of high quality children’s literature.” Sementara itu, Lickona (1991: 50) menyatakan hal berikut, “Good character is good thing that we expect from our children.” Pernyataan itu sangat sederhana bahwa orang dewasa mengharapkan hal-hal yang baik dari anak-anak sebagai karakter baiknya. Dia, lebih lanjut, menjelaskan bahwa nilai-nilai dasar operasi pendidikan karakter yang terdiri dari bagian yang saling terkait dari pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral. Pembelajaran sastra yang dapat mengembangkan ketiga aspek penting tersebut telah diteliti dan dikembangkan. Inderawati (2001) menemukan bahwa apresiasi sastra dengan mengaplikasikan strategi respons pembaca dapat meningkatkan kemampuan apresiasi sastra mahasiswa. Pada tahun 2005, Inderawati meneliti bahwa kemampuan menulis siswa SD dapat meningkat dengan mengapresiasi karya sastra yang menggunakan respons pembaca dan simbol visual. Penelitian-penelitian selanjutnya merupakan penelitian pengembangan yang penulis lakukan agar pembelajaran sastra dengan kolaborasi respons pembaca dan respons simbol visual berkontribusi positif terhadap apresiasi sastra dengan memanfaatkan sastra lokal untuk turut melestarikan budaya lokal Indonesia. Talib (2010) turut memberikan penekanan mengenai hal itu sebagai berikut. Dengan melihat pentingnya peranan bahasa dan sastra lokal dalam masyarakat, maka perlu dilakukan pelestarian sedini mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah dengan mengaktifkan kembali kegiatan pewarisan budaya lokal atau leluhur yang mempunyai makna luhur baik melalui jalur keluarga, terutama jalur pendidikan. Jejak penelitian yang mengangkat respons pembaca dan respons simbol visual sebagai paradigma baru apresiasi sastra yang mementingkan peran pembaca ketika bergaul dengan karya sastra diikuti oleh peneliti-peneliti lainnya sebagai bukti bahwa kolaborasi kedua respons efektif meningkatkan kemampuan mengapresiasi karya sastra yang tidak hanya mencerdaskan kognisi tetapi juga afeksi peserta didik. Selain itu, hasil penelitian tersebut diaplikasikan dalam pembelajaran di berbagai jenjang pendidikan setidaknya oleh para peneliti lanjutan dan mahasiswa yang telah menjadi subjek penelitian. Dengan demikian, kolaborasi respons hasil penelitian menjadi obat mujarab yang ampuh (panasea) bagi pembentukan karakter peserta didik karena unsur-unsur pembangun karya sastra bukan hanya diidentifikasi tetapi dieksplorasi tanpa takut terbelenggu dalam kata-kata. Selanjutnya, penelitian Inderawati (2007) menunjukkan bahwa mahasiswa prodi Bahasa Inggris JPBS Universitas Sriwijaya memiliki tingkat apresiasi sastra yang cukup rendah sebelum dikenalkan dengan reader response strategy. Dari subjek penelitian yang berjumlah 30 orang, hanya 3% yang dapat mengapreasiasi cerpen dengan mengaplikasikan satu atau dua respons pembaca yaitu menyertakan perasaan sebagai salah satu dari tiga indikator dari respons engaging dan menghubungkan isi cerita dengan pengalaman pribadi (1 dari 5 indikator) sebagai wujud dari respons connecting. Dengan melanjutkan penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penelitian tahun 2008 dengan menggunakan model respons pembaca dan simbol visual tidak hanya mengasah aspek kognitif, tetapi juga menajamkan aspek afektif dan psikomotor mahasiswa. Penelitian lain yang dilakukan Inderawati (2008) terhadap guru-guru SMP di Palembang membuktikan bahwa aspek kognitif (penalaran kritis) dan afektif para guru meningkat setelah mengapresiasi sastra lokal dengan mengaplikasikan respons pembaca. Pada tahun 2009, dengan menerapkan model yang sama, Inderawati menciptakan seni pertunjukan untuk mendukung industri kreatif. Hasil-hasil penelitian tersebut merupakan upaya inovatif menciptakan pembelajaran sastra yang lebih kreatif, estetis, dan bermakna. Kreativitas yang tercipta lewat pembelajaran sastra tersebut masih terbatas pada lingkup mahasiswa program studi pendidikan bahasa Inggris Universitas Sriwijaya. Selanjutnya, berdasarkan elaborasi mengenai sastra, manfaat sastra, serta pembelajaran sastra melalui beberapa teori dan hasil penelitian serta keterkaitannya dengan pendidikan karakter yang diimplementasikan dengan cara mengapresiasi karya sastra untuk menajamkan kecerdasan otak, hati, dan tindakan, tulisan ini akan memaparkan bagaimana kajian sastra yang sesuai dapat diaplikasikan di dalam dunia pendidikan. Hasil-hasil penelitian yang penulis kemukakan di awal tidak lepas dari bagaimana pembelajaran sastra dapat sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri yaitu memanusiakan manusia. Oleh karena itu, kajian sastra atau apresiasi sastra yang telah penulis lakukan selama ini tidak lain adalah kajian sastra pendidikan atau lebih tepat disebut sebagai kajian sastra pedagogi. Kajian sastra pedagogi ini terlahir dari riset kualitatif terhadap pembelajaran sastra di perguruan tinggi (Inderawati, 2001) dan model pembelajaran yang dikembangkan penulis dengan nama Model Pembelajaran Respons Non-verbal dan Verbal (MPRNV) (Inderawati, 2005). Dalam teori kajian sastra pedagogi, pembaca atau pemelajar membutuhkan karya sastra untuk dibaca dan diapresiasi. Karya sastra memang sudah dipakai dalam pembelajaran di era aliran sastra sebelum pascastruktural. Bedanya, pada aliran sastra struktural, pembaca hanya mengidentifikasi unsur-unsur pembangun karya sastra dan menjadikan karya sastra sebagai subjek sehingga tanpa sadar pembaca telah terbelenggu dan terperangkap dalam kata-kata. Sebaliknya, pada aliran sastra pascastruktural, pembaca mengeksplorasi unsur-unsur tersebut lebih rinci dengan sudut pandang pembaca dan pembaca yang menjadi subjek yg aktif dan bebas memaknai karya sastra. Karya sastra merupakan suatu produk ciptaan seorang sastrawan, yang ditulis bukan untuk dibaca sendiri, melainkan ada ide, gagasan, pengalaman, dan amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca. Para sastrawan berharap apa yang disampaikan itu menjadi masukan bahkan bernilai bagi pembaca sehingga ia dapat menyimpulkan dan menginterpretasikannya sebagai sesuatu yang dapat berguna bagi perkembangan hidupnya. Hal ini dapat membuktikan bahwa karya sastra dapat mengembangkan kehidupan dan kebudayaan masyarakat. Selain itu, karya sastra dalam dunia pendidikan menjadi media bagi pendidik untuk melaksanakan proses pembelajaran yang mampu menumbuhkan peserta didik menjadi pribadi yang cerdas dalam berpikir, berempati, dan bertindak. Karya sastra yang akan penulis analisis dengan menerapkan teori kajian pedagogi sastra adalah cerpen berbahasa Jerman yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris The Bucket Rider karya Frank Kafka, seorang penulis bangsa Jerman. Cerpen ini merupakan satu dari banyak karya lainnya berupa cerpen dan novel yang rata-rata bernada sendu dan duka sesuai dengan latar-belakang kehidupannya.

Item Type: Article
Subjects: L Education > L Education (General) > L7-991 Education (General)
L Education > LG Individual institutions (Asia. Africa) > LG181-184 Indonesia
P Language and Literature > PE English > PE1-3729 English
P Language and Literature > PN Literature (General)
Divisions: 06-Faculty of Education and Educational Science > 88203-English Linguistics Education (S1)
Depositing User: Dr Rita Inderawati
Date Deposited: 26 Jan 2021 04:40
Last Modified: 01 Jul 2024 01:16
URI: http://repository.unsri.ac.id/id/eprint/39271

Actions (login required)

View Item View Item